PEMUDA DAN SOSIALISASI (makalah)
PEMUDA DAN SOSIALISASI
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir
ILMU SOSIAL DASAR
2018 / 2019

Disusun oleh :
1. Juninda Megarismatio Pakpahan
53418568 / I1A03
2. Novani Dwi Sari Panjaya 55418363 / 1IA03
3. Rezky Kukuh Wibowo 56418068 / 1IA03
2. Novani Dwi Sari Panjaya 55418363 / 1IA03
3. Rezky Kukuh Wibowo 56418068 / 1IA03
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
Kampus G, Jl. Akses UI, Kelapa Dua, Tugu, Cimanggis, Kota Depok,
Jawa Barat
Telepon (021) 8719525
Fax : (021) 8710561
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah
ini disetujui dan disahkan di Depok
Tanggal :
Tempat :
Universitas Gunadarma
Dosen mata kuliah
Trikanti, S.I.Kom.,M.Si
NILAI
|
PARAF
|
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya
kepada kita semua, terutama kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
terutama bagi penulis sendiri.
Kepada
pembaca, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis
memohon maaf karena penulis sendiri dalam tahap belajar. Meskipun dalam
penyusunan makalah ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis
sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.
Dengan
demikian, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca,
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati makalah ini sehingga benar – benar
bermanfaat bagi kita semua.
Depok,
10 Januari 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Telah kita ketahui bahwa
pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan
masalah nilai, hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada
pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang
potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa
siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Pemuda adalah golongan
manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah
yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah
berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama
bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya
tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang
dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga ini
merupakan proses yang disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi
itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai
titik kulminasi.
Pemuda dalam pengertian
adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan
adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat
dengan pasti. Dilihat dari segi budaya atau fungsionalnya maka dikenal istilah
anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia
0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas
dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang
telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta.
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu dan bersifat dewasa tidak bersifat anak-anak. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
- Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
- Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan
akademi
- Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka
yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
Akan
tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu
dibedakan menjadi dua yaitu:
- Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai
penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
- Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama
jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan
dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah
masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal.
Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada
masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat
dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam
kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar
untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal,
revolusioner.
Pemuda
adalah jiwa seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang
tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju
arah yang lebih baik. Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat
segala bentuk permasalahan secara menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide
brilian sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Dengan
ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian
yang ada disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang
mengeluarkan sinar kebaikan. Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan
mesin-mesin tirani dan monster-monster kebiadaban yang senantiasa menghancurkan
sendi-sendi keadilan dalam masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat
menghibur lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan.
Dengan
kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi bangsa dan
agamanya tanpa putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini
segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata
Istananya di surga kelak.
Dengan
segenap potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan
energi terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan
nusa. Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak
pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses
seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang
meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat
dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian
sosialisasi menurut para ahli
- Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu
individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan
berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana
seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana
seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono
Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan
kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Melalui proses sosialisasi,
seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau
belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial. Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan
lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang
mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu,
sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya.
Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
- Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah
memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau
sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
- Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang
bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar
memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna
dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik
tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10
tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal
atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi
pemuda.
Untuk
mengetahui lebih jauh tentang uraian di atas maka kami akan mengambil judul
Pemuda dan Sosialisasi.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana proses sosialisasi pemuda ?
- Apa tujuan pokok sosialisasi ?
- Apa peranan pemuda dalam masyarakat ?
- Apa saja potensi generasi pemuda ?
- Bagaimana pengembangan potensi generasi muda ?
- Apa saja masalah generasi muda ?
- Apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda ?
- Apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi muda ?
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemuda.
- Untuk mengetahui apa tujuan pokok sosialisasi.
- Mengetahui apa peranan pemuda dalam masyarakat.
- Mengetahui apa saja potensi generasi pemuda.
- Mendeskripsikan bagaimana pengembangan potensi generasi muda.
- Mengetahui apa saja masalah generasi muda.
- Untuk mengetahui apa faktor penyebab permasalahan generasi pemuda.
- Untuk mengetahui apa saja usaha untuk menanggulangi masalah generasi
muda.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini merupakan tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari
buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti karena penyusun tidak
melakukan tinjauan secara langsung terhadap objek pengamatan.
1.5 Manfaat Penulisan
- Bagi Pemerintahan
Bisa
dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pemuda di Indonesia
agar memiliki karakter yang lebih baik.
- Bagi Dosen
Bisa
dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama pada materi ini
agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan
datang.
- Bagi Mahasiswa
Bisa
dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi,
seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau
belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan
salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya
dengan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
- Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah
memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau
sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
- Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang
bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar
memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna
dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Bertitik
tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10
tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal
atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi
pemuda.
Proses
sosialisasi juga adalah proses pembentukan sikap loyalitas sosial. Loyalitas
sosial atau kesetiaan sosial adalah perkembangan dari sikap saling menerima dan
saling memberi kearah ang lebih baik. Kita sangat mudah melihatnya pembentukan
kesetiaan sosial ini adalah dalam keluarga. Setiap anggota keluarga selalu
setia sesamanya. Di dalam kelompok dan masyarakat juga kesetiaan sosial ini
berkembang, sebagai dasar kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Dengan kata
lain kesetianan sosial berkembang mulai dari kelompok yang sederhan hingga
kelompok yang lebih luas.
Ada
minimal tiga hal yang harus dilakukan agar tumbuh dan kembangnya sikap
loyalitas sosial ini yakni :
Pertama
kita harus saling berkomunikasi baik dalam keadaan berdekatan ataupun dalam
keadaan berjauhan (tempat tinggal). Dengan komunikasi yang teratur kita akan
saling mengetahui kabar dan berita di antara kita. Sakit atau senang diantara
kita dapat dengan cepat kita mengetahuinya.
Kedua,
sering bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Misalnya bergotong
royang atau melakukan arisan. Kerja sama dapat saja dilakukan dalam kelompok
kecil(minimal dua orang) atau pun dalam kelompok yang besar (yang jumlah
anggotanya banyak).
Ketiga,
dalam kehidupan atau pergaulan sesama kita, sikap tolong menolong harus
dikembangkan. Berbagai kesulitan hidup yang kita alami pantas kita minta tolong
kepada orang lain atau teman. Begitu pula sebaliknya bila kawan kita yang
mengalami kesusahan wajib pula kita membantunya. Tentu saja dasarnya adalah
suka saling menerima dan memberi.
Menurut
George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
- Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap
ini dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan
cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
- Tahap meniru (Play Stage)
Tahap
ini ditandai dengan:
- Semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
- Mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan
siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
- Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata
lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai
terbentuk pada tahap ini.
- Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan
banyak orang. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang
dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan diri, yakni dari mana
anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
- Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan
yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan
untuk bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di
luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,
anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
- Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada
tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
2.2 Tujuan Pokok
Sosialisasi
- Individu harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
- Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif
dan mengembangkan kemampuannya.
- Pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari
melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
- Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau
tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya
dan pada masyarakat umumnya.
2.3 Peranan Pemuda Dalam
Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya dengan
sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses
sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda,
mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17
agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. Oleh karena
segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat
politik maupun militer, diantaranya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)
yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI
menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan
nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai
masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu
bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
- Agent of change
- Agent of development
- Agent of modernization
Sebagai
agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam
masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development,
mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa
bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembahruan.
2.4 Potensi-Potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut
:
- Idealisme dan daya kritis
Secara
sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat
melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa
tanggung jawab yang seimbang.
- Dinamika dan kreativitas
Adanya
idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan
dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan
yang baru.
- Keberanian mengambil resiko
Perubahan
dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset,
terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin
memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang
mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan
keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk
berani mengambil resiko.
2.5 Pengembangan
Potensi Gener asi Muda
Generasi muda memiliki
peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan pembangunan. Begitu banyak
potensi yang dimiliki oleh generasi muda, mereka mampu berkarya dan berekspresi
dengan bebas ,tetapi masih dalam lingkup yang sewajarnya dan tidak menyalahi
aturan. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita, orang
tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak mereka
sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat masing-masing
anak.
Generasi muda dapat
mengembangkan potensi mereka melalui hoby atau kesenangan masing-masing,
contohnya jika anak menyukai musik maka ia bisa mengembangkan potensinya dengan
membuat sebuah band atau mengikuti kursus bermain musik sehingga potensi anak
tersebut redup tanpa ada perkembangan.
Potensi generasi muda juga
dapat membangun rasa bangga pada diri sendiri. Keluarga dan negara juga merasa
bangga atas potensi yang dimiliki oleh anggota keluarga atau sebagai
masyarakat. Tapi bagaimana jika generasi muda saat ini mengisi hari mereka
dengan hanya menghabiskan uang orang tua dengan membeli barang-barang yang
tidak terlalu dibutuhkan, Sex di luar nikah, penyalahgunaan obat narkotika tak
dapat dihindari, mabuk-mabukan (minum-minuman keras), dan masih banyak lagi
hal-hal lain yang sangat menyedihkan. Disinilah peran orang tua sangat
dibutuhkan orang tua dapat mengarahkan sejak dini kemana arah yang paling tepat
dan baik untuk perkembangan anak mereka sehingga generasi muda dapat memiliki
potensi yang sangat berguna bagi nusa dan bangsa.
Di negara-negara maju,
salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian
generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk
maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam
suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
2.6 Masalah-Masalah
Generasi Muda
Generasi
muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menghadapi berbagai
permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua
pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa
ini antara lain sebagai berikut :
- Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan
nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
- Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda
terhadap masa depannya.
- Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan
fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya
jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri,
tetapi juga merugikan bangsa.
- Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan
generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan
memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
- Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan
kecerdasan, dan pertumbuhan.
- Masih banyaknya perkawinan dibawah umur.
- Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif
lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
- Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
- Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan
gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
- Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental
generasi muda.
- Masih merajalelanya kenakalan remaja dan
permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan
perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak
termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
2.7 Faktor Penyebab
Permasalahan Pemuda
- Kurang dalam mengendalikan diri
Dalam
hal ini kita melibatkan keluarga karena keluarga merupakan tempat awal seorang
remaja membentuk karakter . Disini peran orang tua sangat mempengaruhi perkembangan
remaja dalam mengendalikan diri , orang tua bukan hanya memberikan penjelasan
tentang nilai sosial (baik buruknya suatu perbuatan) tapi juga memberikan suatu
contoh perbuatan yang dapat dicontoh oleh remaja tersebut sehingga ketika
remaja sudah berada dilingkup sosial yang lebih luas contohnya masyarakat ,
remaja tersebut akan terbiasa melakukan sama seperti apa yang dicontohkan oleh
orang tuanya .
- Kurang masa bersama keluarga
Meluangkan
waktu sejenak untuk berkumpul bersama keluarga merupakan hal kecil yang
mempengaruhi perkembangan remaja diluar karena pada saat seperti inilah
masing-masing anggota keluarga menceritakan masalah kepada orang tua atau orang
yang lebih tua didalam keluarga tersebut demi mendapat sebuah solusi yang benar
. Karena banyak faktor remaja melakukan hal negatif adalah karena jarangnya
meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan alasan orang tua
bekerja dan sibuk dengan urusan lain, jika didiamkan begitu saja remaja tidak
mendapat teman untuk menceritakan masalah yang dihadapinya sehingga remaja
mencari jalan keluarnya sendiri yang menurutnya benar dan tak jarang dari
keputusan itulah dapat mengorbankan orang lain .
- Masalah ekonomi keluarga
Keluarga
miskin mungkin tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan pendidikan sempurna
kepada anak. Makanan dan minuman , tempat kediaman serta kesehatan yang
memadai. Faktor inilah yang mendorong remaja untuk mengambil sesuatu yang bukan
haknya atau mencuri milik orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan hal ini
akan terus meningkat ke arah yang lebih ekstrim jika dibiarkan seperti
menghilangkan nyawa orang lain demi suatu hal yang diinginkannya .
2.8 Usaha Menanggulangi
Permasalahan Pemuda
Cara yang harus dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu orang tua harus sering menasehati,
memberi bimbingan, dan memberi pengarahan kepada anaknya agar menjadi pemuda
yang mudah bersosialisasi dan bisa hidup mandiri tanpa upaya dan dana orang
tuanya. Hal ini bergantung pada diri pemuda itu sendiri. Jika menurut mereka
nasehat tersebut dapat membantu untuk mengatasi permasalahannya, maka mereka
akan melakukannya. Dan jika mereka tidak membutuhkan nasehat, maka mereka tidak
akan melakukannya. Tetapi pemuda yang baik adalah pemuda yang selalu
mendengarkan nasehat – nasehat yang baik dari orang tuanya.
Setelah memberi tanggapan
untuk mengatasi permasalahan.pemuda dalam generasi nasional, diharapkan pemuda
– pemuda dapat meningkatkan sikap kedewasaannya dalam hal ekonomi dan
psikologi. Masyarakat pun akan bangga. Begitu pun bagi orang tua, akan merasa bangga.
Karena mereka memiliki anak yang baik dan bisa diandalkan sebagai penerus
bangsa. Dan semoga hal ini lebih baik lagi di masa mendatang.
2.9 Perguruan dan
Pendidikan
Arti penting dari
pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia,
sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam
pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju
apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi
dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya
merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah pendidikan bukan
saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia
membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam
menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk,
banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat
kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang
sungguh-sungguh.
Sebab hal itu semua akan
berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu keterbelakangan dan
kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat mengembangkan semangat
“inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang terpencar dalam
pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi seluruh
penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai satu bangsa yang
menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka
pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan
tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan
menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan
hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui
pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan diri dari
belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif pembangunan
yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan
perubahan yang berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan
adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut
persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan
cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya pemerintah telah cukup
berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta landasan koseptual
terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan nasional yang tepat
arah dan tepat guna.
BAB III
PENUTUPAN
- Kesimpulan
- Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat
dibedakan dalam tahap-tahap sebagai berikut : tahap persiapan (preparatory
stage), tahap meniru (play stage), tahap siap bertindak (game stage), dan
tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage).
- Tujuan pokok sosialisasi adalah individu harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat,
individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya, pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui
latihan-latihan mawas diri yang tepat, dan bertingkah laku secara selaras
dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau
kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
- Peranan pemuda dalam pembangunan masyarakat adalah sebagai agent of
change, agent of development, dan agent of modernization.
- Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu
dikembangkan adalah idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreativitas,
dan keberanian mengambil resiko.
- Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
orang tua dapat mengembangkan potensi anak mereka sejak berusia balita,
orang tua dapat mengarahkan apa dan kemana potensi yang dimiliki oleh anak
mereka sehingga lahirlah generasi muda yang memiliki potensi sesuai minat
masing-masing anak.
- Masalah-masalah generasi muda diantaranya adalah menurunnya jiwa
nasionalisme, kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap
masa depannya, belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan
fasilitas pendidikan yang tersedia, tingginya jumlah putus sekolah,
kekurangan lapangan kerja, kurangnya gizi yang menghambat perkembangan
kecerdasan, banyaknya perkawinan dibawah umur, penyalahgunaan obat
narkotika dan zat adiktif, masih adanya anak-anak yang hidup
menggelandang, pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala
penyimpangan perilaku (deviant behavior), masuknya budaya barat
(westernisasi culture), dan masih merajalelanya kenakalan remaja.
- Faktor penyebab permasalahan pemuda adalah kurang dalam mengendalikan
diri, kurang masa bersama keluarga, dan masalah ekonomi keluarga.
- Usaha menanggulangi permasalahan pemuda dapat dilakukan oleh
lingkungan terutama pendekatan oleh keluarga dan pendidikan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Pemuda Sosialisasi
Serta Peranannya. http://artikel-mak.blogspot.com. Diakses
: 9 Januari 2019
Atmojo, Adi. 2012. Pengertian Pemuda
dan Sosialisasi. http://adiatmojo1.blogspot.com. Diakses
: 9 Januari 2019
Bimo, Agustinus. 2012. Masalah Pemuda
Sosialisasi. http://agustinusbimo.blogspot.com. Diakses
: 9 Januari 2019
Komentar
Posting Komentar